Semenjak Sony mengumumkan Xperia J beberapa waktu yang lalu, keinginan saya untuk memakai Android semakin besar. Masalahnya, uang sudah ada tapi si J tak juga kunjung hadir. Akhirnya saya pilih Xperia Ray. Dan ketika J datang sementara sudah terlanjur membeli Ray? …, saya tidak menyesal.
Di awal, bersikukuh menunggu Xperia J sudah saya niatkan, meski nyatanya setiap hari, masih saja mencari info kalau ada orang menjual Xperia bekas di Malang melalui Kaskus. Lalu godaan itu datang bertubi-tubi. Waktu itu ada orang yang menjual Xperia Arc S cuman seharga Rp. 1.850.000,00. Waduh. Hmmm, layar yang 4 inchian itu sangat menggoda. Setelah mancari tahu ke sana ke mari, ternyata si Sola juga sangat menggoda. Waktu itu, saya sempat bertanya ke istri saya, “Kalau q beli si Sola gmana? Harganya 1790.” Dia jawab, “Ya ndak papa, terserah mas saja.” Makin galau-lah hati saya. Hmmm, ok, si Xperia Sola layarnya 3,7 inchi, harganya segitu. Sepertinya akan agak susah dimasukkan kantong celana. Terlalu besar. Dan kembali, saya baca berita tentang si J. Katanya harganya tidak akan lebih dari kisaran dua juta lima ratusan. Tapi masih belum jelas kapan akan dirilis (waktu itu).
Hmmm, ketika kemudian saya sampai di Indocell B.S. Riyadi, Malang, pikiran saya sudah mulai mantap bahwa si J tidak layak tunggu, Sola kebesaran, Arc S kemahalen. Lagi pula kalau lebih dari 2.5 juta untuk gadget yang lebih banyak hanya untuk nge-net akan banyak mubazirnya. Maka si Xperia Ray menjadi pilihan utama. Pertimbangan utama saya sih, karena layarnya yang kecil, cuman 3,3 inchi, tipis banget, ringan, kalau dibanding dengan Xperia Mini Pro yang tebal itu, Ray terasa lebih nyaman di genggaman saya.
Selain itu, alasan utama saya tidak jadi menunggu Xperia J, adalah ternyata dia masih memakai Adreno 200, yang artinya tidak mampu merekam video dalam format 720p. Eman kan?
Sempat terlintas untuk memilih Xperia Miro juga sih, tapi processor yang 800 MHz membuat agak khawatir. guaya thok, wkwkwk… Padahal masih pemula banget saya ini soal Android. Mbak yang jaga konter juga sempat menawarkan Xperia U, yang harganya beda tipis dengan Ray. Tapi karena ketiadaan slot micro-SD di dalamnya membuat saya ragu. Dan si Xperia J semakin jauh dari pikiran saya.
Sejauh ini saya puas dengan pilihan saya. Layar Xperia Ray yang kecil namun mempunyai aspect ratio yang melebar membuatnya tetap nyaman untuk membuka halaman web. Satu-satunya yang membuat jengkel adalah (ga berkeitan langsung dengan Ray sih…) lemahnya sinyal Indosat di Ray, padahal kalau di pasang di G502 baik-baik saja. Tidak dapat sinyal 3G atau HSPDA sih. Akhirnya kartu Simpati yang terpasang di Ray. Indosat sinyalnya semakin parah di daerah sekitaran Pakis Malang. Masalahnya, tarif sms Simpati kan sama sekali tidak ramah. Hehe….
Kalau kamu berencana membeli Xperia Ray, silahkan baca:
- Xperia Ray – Review dan Spesifikasi Lengkap.
- Upgrade Xperia Ray ke ICS
Salam kenal, waktu Ray keluar saya memilih Xperia Neo yang merupakan smartphone android pertama saya.
Sebelumnya saya upgrade dari Sony Walkman W850i dan sampai sekarang saya masih setia dengan produk Sony yaitu menggunakan Xperia X compact (Xc).