Angels and Demons adalah novel yang melanjutkan kisah Langdon sang dosen ahli simbol yang sebelumnya dilahirkan Dan Brown dalam novel The DaVinci’s Code. Anda masih akan menemukan kontroversi, intrik, dan banyak hal tabu diungkap Dan Brown. Tentang kebenaran ceritanya, itu adalah bagian dari polemik itu sendiri.
Beberapa tahun yang lalu ‘The DaVinci’s Code’ sempat membuat polemik berkepanjangan, dan berhasil menurunkan beberapa ‘produk’ (kalau tidak bisa disebut ‘karya’) turunan yang memperpanjang polemik itu sendiri. ‘Produk-produk’ turunan itu ada yang membenarkan ataupun mencari-cari ‘kemuskilan’ dari ‘fakta-fakta’ yang di sampaikan dalam ‘The DaVinci’s Code.’
Beberapa ‘karya’ tersebut bahkan menurut saya tidak berkait langsung atau jauh dari tema yang di usung Dan Brown, tapi judulnya saja yang disambung-kaitkan dengan ‘The DaVinci’s Code.’ Biasa, supaya laku.
Sekitar 2007 atau 2008, saya lupa, saya sempat membaca Angels and Demons punya Dan Brown ini. Cuman sekitar 8 jam, tanpa henti. Pertama, memang besoknya novel itu harus saya kembalikan, kedua, karena memang Dan Brown sanggup menyusun peristiwa demi peristiwa dengan apik. Sepertinya tidak ada satu bab-pun yang dilewat-perhatikan penggarapannya.
Maaf, kalau saya bandingkan dengan ‘Laskar Pelangi’, di mana beberapa bab awal-nya sangat bagus, kemudian di bab-bab tengah sangat tidak bagus, baru kemudian di bab-bab akhir lumayan lagi. Intinya, Angels and Demons memang bagus, paling tidak dari segi penulisannya, lepas dari segala kontroversinya.
Pada postingan ini, saya tidak akan banyak membahasnya. Pada postingan berikutnya, saya berencana untuk membahasnya lebih dalam. Mulai dari sinopsisnya, pemerannya, Illuminati-nya, ambigram-nya, dan tentu saja si mas Dan Brown. Untuk kali ini, saya hanya menuliskan bahwa Angels and Demons akan mulai tayang di bioskop mulai 15 Mei 2009 ini. Di Indonesia, kita tunggu saja, saya harap tidak lama.