Aplikasi Antivirus itu sebenarnya aplikasi yang menyeramkan. Bagaimana tidak, kita dengan sadar memberi mereka ijin untuk melakukan hampir apapun atas system kita, terlepas itu Android, Windows, atau yang lain.
Jika kita install aplikasi Antivirus – yang terbaik sekalipun – maka yang terjadi sebenarnya adalah kita – mau tidak mau – percaya sepenuhnya, bahwa antivirus ini akan menjaga supaya sistem, file, dan data di perangkat kita aman dari serangan virus, – dan juga percaya – bahwa antivirus ini tidak menyalahgunakan ‘kepercayaan’ kita untuk kepentingannya sendiri.
Ketika ini diterapkan pada Android, kerumitan pengguna jadi semakin besar, karena saking banyaknya aplikasi yang semua mengaku sebagai antivirus terbaik untuk Android.
Temuan terakhir dari AV-Comparatives, sebuah perusahaan Eropa yang dari namanya kita bisa tahu bahwa kerjaannya ya itu – nge-tes antivirus, adalah bahwa dari 250 aplikasi antivirus di Google Play Store, hanya sekitar 80 aplikasi saja yang memang mampu melakukan fungsi dasarnya – mendeteksi 30 persen saja dari sekitar 2000 sample aplikasi berbahaya yang digunakan untuk menguji.
Sisanya? Ya gitu…. tidak bisa memenuhi standar minimalnya.
Dari antara yang gagal itu, beberapa terlihat bisa menjalankan tugasnya dengan sangat baik, tetapi ternyata juga membawa masalah sendiri.
Banyak dari antara mereka itu bahkan menggunakan user interface yang sangat mirip satu dengan yang lain.
Cara kerjanya juga banyak yang mirip dan tidak bisa diandalkan, yaitu dengan mengandalkan “whitelist”, artinya hanya aplikasi yang namanya masuk dalam daftar yang mereka punya akan diberi ijin untuk di install pada perangkat Android yang menggunakannya.
Sehingga, besar sekali kemungkinannya aplikasi yang sebenarnya bagus akan dianggap sebagai virus.
Yang lucu adalah, ada juga aplikasi antivirus untuk Android yang lupa memasukkan nama mereka dalam whitelist mereka sendiri.
Akibatnya?
Ya aplikasi ini akan secara berulang memblokir dirinya sendiri.
Antivirus untuk Android yang mengandalkan daftar putih ini juga membawa masalah yang lain.
Mereka ini juga dirancang untuk menganggap aplikasi yang nama paketnya dimulai dengan misalnya “com.adobe.” atau “com.facebook” adalah aman.
Jadi, semisal ada aplikasi yang memakai nama “com.facebook.inivirusbeneran” masih akan bisa lolos.
Terlalu mudah untuk dikelabui.
Mengapa ada aplikasi antivirus bohongan, tidak berfungsi, dan tidak masuk akal begini?
Jawabannya adalah untuk mendapatkan data pribadi pengguna. Pada umumnya, pengguna akan dengan sadar – atau tidak sadar – memencet tombol untuk memberi ijin apapun yang mereka minta, bahkan termasuk “deep permissons.”
Aplikasi antivirus palsu ini mengambil data mulai dari yang sederhana, seperti model HP yang digunakan, sampai yang sensitif seperti nomor telepon, lokasi GPS, dan juga informasi personal lainnya yang bisa diambil.
Meskipun sudah banyak aplikasi antivirus palsu ini yang di tarik dari Play Store, tapi masih ada juga yang lolos. Agak kurang jelas apa langkah Google untuk menangkal banyaknya aplikasi semacam ini.
Kabar baiknya adalah bahwa masih ada juga aplikasi antivirus untuk Android yang bagus atau setidaknya berfungsi seperti yang mereka tuliskan di deskripsinya.
AV-Comparatives menemukan ada 23 aplikasi antivirus untuk Android yang bisa menemukan 100 persen contoh malware yang diuji, dan ada beberapa yang kinerjanya mendekati itu. Dan sepertinya ini sama sekali tidak mengejutkan bahwa mereka ini adalah aplikasi yang sudah dikenal selama ini, seperti F-Secure, Bit Defender, atau Symantec.
Jadi kalau anda memang mau install aplikasi antivirus untuk Android, maka tiga nama itu yang terbaik.
Jumlah uduhan dan review pengguna sudah tidak bisa digunakan sebagai patokan lagi.
Rata-rata review itu hanya mengulas tentang kemudahan pakai, tanpa menyentuh kualitas perlindungan terhadap virus dan malware.
dee-nesia memilih untuk tidak install aplikasi antivirus apapun di Android. Kalau di Windows 10, saya hanya mengandalkan Windows Security saja.
Untuk terhindar dari virus, saya hanya memastikan untuk hanya download dan install aplikasi dari sumber yang saya percaya, lebih mengandalkan layanan online file hosting dan WhatsApp untuk berbagi file dari pada flash disk, hati-hati dengan opsi yang tersedia ketika install aplikasi, dan mengenali iklan yang mungkin berbahaya di browser. Sudah, itu saja.
Gampangnya, kalau mau smartphone Android (laptop dan PC juga) aman dari virus, tidak ada antivirus terbaik yang menjamin sampai benar-benar 100 persen aman, maka kita sendiri sebagai pengguna yang juga harus hati-hati.
Aplikasi antivirus memang bisa membantu, tapi juga bisa membawa masalah. Mulai dari baterai jadi lebih boros, kinerja jadi melambat, juga main game jadi nge-lag.
Antivirus terbaik untuk Android juga masih bisa kebobolan. sumber: www.wired.com