Tahu istilah panorama kan? Kalau anda suka mengulik hp android yang sekarang anda pakai, ataupun suka mengexplore kemampuan kamera digital juga kamera HP anda, pastinya istilah foto panorama sudah tidak asing lagi. Foto panorama itu foto yang disajikan sedemikian rupa sehingga tercipta kesan lebar. HP jadul punya saya, G502 saja bisa kog, cuman hasilnya ya kurang maksimal dibanding kalau anda menggunakan gadget Android.
Belum lagi kalau hp Android anda itu terkenal dengan kamera yang bagus macam dari Sony Ericsson yang sekarang berubah jadi Sony Mobile Communication itu, pasti hasilnya akan lebih tidak terduga. HP Android Sony rata-rata sudah memiliki kemampuan yang akan kita bahas di sini sekarang.
Untuk membuat foto panorama, pada dasarnya sama saja, anda mau pakai kamera apapun cara dasar membuat foto panorama itu sama saja. Begini: sang fotografer berdiri di satu titik dan mengambil gambar memutar secara berurutan. Gasil jepretan gambarnya kemudian “dijahit” dengan program khusus. Bisa pakai Photoshop atau program pengolah foto yang lain.
Masalahnya, membuat gambar panorama tidak semudah teorinya. Gambar yang diambil harus dipastikan konsistensinya sewaktu dijahit nanti. Begitu pula pengaturan kamera harus diperhatikan mengingat gambar yang satu bisa saja lebih terang karena pengaturan exposure-nya berbeda dengan gambar yang lain. Ini agak rumit.
Beberapa merek kamera, termasuk tipe kamera saku, menyertakan fitur panorama sehingga kita bisa membuat gambar panorama dengan panduan di dalam kamera. Sayangnya, proses penjahitan tetap dilakukan terpisah dengan aplikasi tersendiri di komputer. Celah itu yang diisi oleh aplikasi “360” yang dibuat oleh TeliportMe, sebuah studio yang berbasis di Amerika Serikat.
Aplikasi “360” bertujuan membuat panorama bagi pemilik ponsel berplatform Android secara mudah dan sederhana. Bagi yang berminat, aplikasi ini bisa diunduh secara gratis di Google Play dari link ini.
Mekanisme aplikasi ini dalam membuat foto panorama hanya mengharuskan pemilik ponsel untuk menghadapkan telepon tegak lurus, kemudian berputar perlahan searah jarum jam. Bila rampung berputar 360 derajat, aplikasi secara otomatis bakal menjahit seluruh gambar yang diambil dan kita tinggal menikmati panorama yang sudah dibuat. Bagi yang ingin membuat panorama kurang dari 360 derajat, sentuh saja layar saat mengambil gambar dan aplikasi akan menjahit gambar yang sudah didapatkan.
Hasil akhirnya berupa gambar panorama yang bisa diputar di layar ponsel dengan sentuhan jari saja. Hasilnya kemudian bisa dibagikan ke media sosial, baik seperti Twitter maupun Facebook. Tidak hanya itu, 360 juga menyediakan fitur sosial yakni semua pengguna yang terdaftar bisa mengunggah panorama mereka dan bisa dilihat pengguna yang lain. Dengan demikian, mereka bisa melihat dan mengomentari panorama yang dibuat oleh pengguna dari belahan dunia yang lain.
Badan berputar
Vineet Devaiah, CEO Teliportme, dalam wawancara dengan Kompas, mengatakan bahwa aplikasi ini dibuat agar setiap orang bisa membuat panorama sendiri tanpa harus memiliki kemampuan fotografi maupun perangkat lunak untuk menjahit gambar yang ada. Aplikasi yang diluncurkan Agustus 2011 ini kini sudah dipakai 200.000 pengguna dari seluruh dunia, didominasi pengguna dari Amerika Serikat. “Di Indonesia ada sekitar 10.000 pengguna yang terdaftar,” katanya.
Sewaktu Kompas menjajal aplikasi ini, butuh waktu untuk membiasakan diri dalam memakainya. Sering kali gambar panorama tidak bisa konsisten karena sewaktu badan berputar, ketinggian kamera bisa berubah, apalagi hanya mengandalkan tangan. Selain itu, bila berputar terlalu cepat, hasilnya, gambar yang kabur. Mengambil panorama di tengah keramaian orang bakal menarik perhatian karena kita mengacungkan ponsel ke arah depan kemudian berputar. Vineet menjawab, memang butuh latihan untuk menghasilkan panorama dengan gambar yang tajam.
Dia menyarankan untuk mengambil panorama di tempat yang terang dan relatif minim gangguan sehingga pengguna bisa berputar dengan nyaman. Dalam aplikasi ini juga terdapat pilihan gambar kualitas menengah atau kualitas tinggi. Kualitas tinggi mengharuskan kita berputar lebih pelan lagi untuk menghasilkan gambar resolusi tinggi. Vineet menyarankan, bila belum terbiasa, maka lebih baik memilih kualitas menengah karena relatif lebih mudah bagi pengguna kebanyakan. Vineet mengungkapkan, dia ingin membuat sebuah forum yang mempertemukan orang yang mendokumentasikan lingkungan sekitarnya melalui gambar panorama.
Dengan demikian, semua orang bisa melihat bagaimana suasana atau lingkungan di tempat yang lain tanpa harus ke sana. Gambar panorama bisa lebih bercerita karena seolah-olah pengguna ada di sana dan melihat sekelilingnya. sumber : Kompas
Pakai Cross A7* Sudah Ada Fitur Panoramic Photo !