Facebook mulai ketat dalam usaha mereka untuk mengurangi foto dan video hoaks menyusul kebocoran data yang dimanfaatkan untuk tujuan kampanye memenangkan Trump yang lalu. Saat ini, Facebook sudah bekerja sama dengan beberapa pihak ketiga yang membantu memeriksa kebenaran foto dan video yang muncul di artikel berita. Selain itu, secara khusus, juga meminta mereka lebih proaktif melakukan review terhadap link berita, utamanya yang mengandalkan foto dan video.
Selain itu, Facebook juga melakukan beberapa langkah pencegahan munculnya akun-akun palsu yang jumlahnya bisa jutaan dalam sehari, seperti yang mereka sampaikan dalam sebuah konferensi pers dengan para jurnalis, dan juga sebuah posting blog mengenai usaha-usaha mereka untuk menunjukkan betapa mereka masih berkomitmen menjaga rahasia dan privasi penggunanya.
baca juga: Cara Instagram Dark Mode di Android dan iOS
Di dalamnya termasuk pernyataan Alex Stamos, Chief Security Officer Facebook yang sebelumnya telah mengundurkan diri tapi tetap berkomitmen positif pada salah satu platform media sosial besar ini.
Stamos menekankan bagaimana Facebook terus membangun upaya untuk mengenali identitas palsu, jumlah pengikut palsu yang tumbuh secara signifikan untuk membuat konten terlihat populer, tindakan menyebarkan berita palsu, dan juga narasi menyesatkan yang dibuat dengan tujuan untuk menipu dan membangun opini sesat terhadap fakta yang sebenarnya. “Kami sedang berupaya membangun pendekatan yang lebih sistematis dan menyeluruh untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, dan kemudian berusaha memetakan pendekatan bagi kebutuhan dari setiap negara atau pemilihan umum,” kata Stamos.
Sementara itu, Samidh Chakrabarti, manajer produk untuk keterlibatan masyarakat dari Facebook, juga menjelaskan bahwa sekarang Facebook secara proaktif berusaha menemukan laman-laman Facebook dengan konten yang berkait dengan kemasyarakatan yang tidak otentik untuk di hapus, jika perlu, tim keamanan khusus akan memeriksa laman-laman yang melanggat terms of service dari Facebook.
“Langkah proaktif ini telah memungkinkan kami untuk bergerak dengan cepat dan menjadi lebih sigap mencegah meme yang menjerumuskan atau menyesatkan untuk bisa menjadi viral,” lanjut Chakraarti.
Lebih lanjut, kemajuan bidang machine learning telah membuat Facebook bisa lebih mudah menemukan kegiatan yang mencurigakan tanpa perlu secara manual memeriksa konten yang bersangkutan untuk memblokir jutaan akun palsu setiap harinya.
Pertama kali Facebook mengimplementasikan perlindungan ini pada Desember 2016, termasuk bekerja sama dengan pemeriksa fakta pihak ketiga untuk memberi tanda pada artikel yang menyesatkan. Tanda pada berita bohong tadi diikuti dengan berita terkait yang mengambil berita dari sumber-sumber online yang terpercaya.
Ini bisa mengurangi kemungkinan foto palsu dan meme yang menyesatkan di share banyak orang. Seperti yang terjadi pada foto hasil editan yang berisi Emma Gonzales – salah satu yang selamat dari peristiwa penembakan di sekolah Parklan – merobek kertas konstitusi.
baca juga: Cara Riset Hashtag Instagram Yang Tepat Supaya Viewer Instagram Bertambah
Normalnya, Facebook baru akan akan meminta para pemeriksa berita setelah ada pengguna yang memberi tanda dan berita tersebut viral. Tetapi sekarang, untuk negara-negara seperti Italia dan Meksiko, sebagai antisipasi dari pemilu, Facebook telah mengijinkan para pemeriksa tadi untuk menandai berita-berita menyesatkan tadi lebih awal.
Yang kita tidak tahu, apakah Facebook di Indonesia juga telah menjalankan kebijakan ini, dan apakah akan efektif untuk meniadakan atau setidaknya mengurangi hoaks dan berita menyesatkan yang semakin banyak saja muncul di Indonesia, terutama menjelang pilkada dan pemilu yang akan diselenggarakan 2019 nanti.
Akan lebih baik, jika para pengguna sendiri bisa lebih aktif untuk menandai berita, meme, foto, dan video yang menyesatkan seperti itu. Yang dee-nesia rasakan sih, setelah beberapa kelompok penyebar hoaks itu ditangani dengan serius oleh kepolisian, beranda Facebook jadi terasa lebih adem dan personal seperti pada masa awal-awal masuk Facebook dulu. sumber: https://techcrunch.com/