Berapa besar coverage internet di Amerika? Ya, kalau dibandingkan dengan negara kita tercinta Indonesia, memang jauh. Berdasarkan data terbaru, saat ini, hanya 2% penduduk Amerika Serikat yang tidak mempunyai akses internet. Kita? Ndak usah diomong dech. Angka pastinya dee-nesia tidak tahu, tapi yang jelas jauh. Tapi terus meningkat kog.
Ada fakta unik dari tingkat cakupan internet di Amerika Serikat tersebut, yaitu bahwa 20% dari yang sudah tercakup itu, ada 20% yang justru tidak menginginkannya. Aneh ya…? Atau mereka sudah mencapai titik jenuh mengakses internet sehingga merasa bosan dan malah terganggu?
Negara besar itu mempunyai program Connect America Fund yang membuat jaringan broadband bisa dikatakan menjangkau semua tempat dan semua orang. Namun ternyata kurang dari tiga per empat-nya saja yang menggunakan akses internet broadband di rumah-rumah mereka. Sebuah studi yang dilakukan oleh Pew Internet and Anerican Life Project menemukan bahwa 30% dari responden tidak memiliki akses broadband di ruma, dan 20%nya sama sekali tidak punya akses internet. Fakta ini terjadi bukan karena akses internet itu tidak bisa dimiliki. Pihak Gedung Putih baru-baru ini melaporkan bahwa 98% orang Amerika mempunyai akses ke setidaknya akses broadband dasar. Masalahnya, mereka tidak mau mendaftar untuk memilikinya karena alasan harga, masalah untuk bisa online, atau karena tidak tertarik.
20% penduduk Amerika Serikat tidak menginginkan sambungan internet broadband
Faktor-faktor penyebab lainnya juga berperan, data berlangganan internet di klasifikasikan berdasarkan usia, pendapatan, dan tingkat pendidikan. Seperti ini:
- Usia: Mereka yang berusia 18 sampai 29 tahun, 80%nya memiliki sambungan internet broadband di rumah. Prosentasenya turun menjadi hanya 43% pada orang dengan usia diatas 65 tahun.
- Tingkat pendapatan: 54% pada orang dengan penghasilan dibawah $30,000 pertahun, 70% pada orang dengan penghasilan antara $30,000 – $50,000 pertahun, dan pada orang dengan pendapatan lebih dari $70,000 per tahun prosentasenya menjadi 88$
- Pendidikan: 37% pada orang tanpa gelar diploma, dan 89% pada orang dengan pendidikan tinggi.
“Older, less educated, and poorer Americans are much less likely to be online”
Sambungan internet dial-up tidak lagi memberi pengaruh banyak atas angka-angka di atas. Tapi jika kita memasukkan faktor smartphone, maka hasilnya akan berbeda. Jika kita menganggap akses internet dengan smartphone bisa disamakan dengan akses internet home broadband, angka penduduk AS yang tidak punya akses internet turun drastis. Sekitar 10% dari responden mengaku memiliki smartphone tapi tidak punya koneksi internet broadband di rumah.
Smartphone juga menghilangkan batasan rasial pengguna internet di Amerika. Orang kulit putih terlihat lebih banyak yang memilikinya dibanding orang kulit hitam atau Hispanik. Dan ketika smartphone dimasukkan dalam variabel penghitungan, angkanya jadi seimbang. Orang-orang yang tidak memiliki koneksi internet broadband di rumah sebagian besar menggunakan internet di fasilitas milik publik, seperti perpustakaan atau jaringan WiFi lainnya.
Lalu, kenapa yang 20% itu tidak mengingingkan koneksi internet? Pada 2010, sekitar separuh dari yang 20% tadi itu mengatakan bahwa mereka tidak tertarik, 10%nya, mengatakan terlalu mahal, dan ada 9% dari mereka yang menganggap terlalu ribet untuk bisa online.
Kalau di Indonesia kira-kira seperti apa ya? Sayangnya kita belum nemu penelitian tentang akses internet broadband di Indonesia yang dilakukan pihak independen (maksud saya bukan dari mereka yang punya kepentingan bisnis internet broadband) sehingga hasilnya lebih valid dan reliable. Mau?